Ku pejamkan mata
Terputar kembali saat bersamamu
Saat tak ada tegur sapa antara kita
Yang ku tau hanya namamu
Di malam pertemuan
Semua duduk dalam lingkaran
Kita saling berhadapan
Tingkahmu tampak tak karuan
Kau curi pandang padaku
Lalu tersipu malu
Wajahmu memerah
Tak lama terlihat gelisah
Saat mereka menghampiriku
Semua tertawa dan berbincang
Hanya kau yang membisu
Kau tampak tegang
Pertemuan selanjutnya
Es yang membeku telah mencair
Mencair dan mengalir
Kau berhasil ciptakan tawa
Semakin dekat denganku
Kau luangkan waktu untukku
Kau tunjukan perhatianmu
Kau hilangkan kesedihanku
Tak peduli dengan perbedaan
Berulang kali kau ungkapkan cinta
Tak mudah aku menerima perbedaan
Seringkali ku buat kau dilema
Ku kira kau lelah dan menyerah
Namun kau tak kenal menyerah
“Perbedaan” tak membuatmu gelisah
Hanya “Cinta” yang membuatmu gelisah
Cukup lama kau taklukan hatiku
Tak bosan kau yakinkan aku
Kau buktikan ucapan mereka
Cinta datang kapan saja, pada siapa saja
Tak sanggup ku bohongi diri
Ku jalani cinta terlarang ini
Ada rasa bersalah di hati
Ku hanya coba jalani
Tiap detik ku merasa bersalah
Dalam doa ku pinta perlindungan Allah
Dalam doa ku mohon ampunan-Nya
Ku telah langgar larangan-Nya
Tak seharusnya ku pilih kau
Lelaki yang tak dapat mengimamiku
Ketika bersujud ku seorang diri
Ketika shaum ku seorang diri
Ku coba meninggalkanmu
Namun, tanpamu hampa terasa di hati
Kau pun begitu
Dan memohon agar ku kembali
Apalah dayaku
Tak dapat ku bohongi hati
Ku kembali bersamamu
Menjalani cinta di antara perbedaan ini
Saat kau kembali dapatkanku
Tak tertahan godaan para wanita
Beribu kali kau dustakan aku
Berulang kali kau khianati cinta
Beribu kali maaf kau ucapkan
Beribu kali kau berjanji
Janji yang beribu kali kau ingkari
Tapi dengan mudah ku maafkan
Entah apa yang mendasariku
Kesabaran atau kebodohan?
Membiarkan kau terus menyakitiku
Ternyata sebuah kebodohan
Ku tak dapat mengakhiri
Karena kau tak ingin ku mengakhiri
Kau terus mempertahankan
Dan ku hanya dapat bertahan
Putih abu-abu telah usai
Cita-citamu berhasil kau capai
Sang “Abdi Negara”
Kau rela jauh dari keluarga
Jarak pun memisahkan kita
Menguji cinta dan kesetiaan kita
Tujuh bulan menahan rindu
Rindu yang terhalang pulau
Kau beri masalah padaku
Kau selalu mengujiku
Agar ku lebih dewasa
Agar ku lebih setia
Saat kau kembali ke pelukanku
Tampak gagah dengan baret cokelatmu
Kau umbar janji manismu
Kau janjikan cincin di jari manisku
Kau berniat mengikuti ajaranku
Kau yakin disaat semua mustahil bagiku
Saat kau akan belajar
Kulihat semangatmu memudar
Kuragu dan bertanya padamu
Yakinkah kau dengan keputusanmu?
Keputusan yang menyangkut akhiratmu
Kuyakin ibumu pun tak setuju
Kuterus bertanya padamu
Kau mau lanjutkan ini semua?
Mulutmu berkata mau
Dan ku tau mulut dan hatimu berbeda
Kepadanya kau mengakui
Kau tak ingin mengikuti
Kau ingin aku yang mengikuti
Namun aku tak ingin mengikuti
Keraguan semakin nyata
Tapi ku tak berani mengakhiri
Ku hanya jalani ini semua
Menunggu kau yang mengakhiri
Lagi lagi kau buat kesalahan
Kau lakukan pengkhianatan
Cintaku padamu menghilang
Lelah melihatmu berbohong
Perjalanan panjang cinta kita
Dalam sekejap hancur karena dia
Tak ada lagi cinta kita
Yang ada hanya cinta kau dan dia
Saat kau memutuskan
Kau rela aku membencimu
Tapi aku tak akan membencimu
Karena ku tak sejahat kalian
Ingin hati membencimu
Tapi ku tak mampu
Kau pernah ada di hatiku
Pernah penting dalam hidupku
Jujur aku bahagia
Melihat kau temukan seorang wanita
Wanita yang akan bersanding denganmu
Bersanding denganmu dihadapan pendeta
Terima kasih ingin ku ucapkan
Atas semua yang kau berikan
Semua tangis dan tawa
Yang membuat ku lebih dewasa
Kini hanya satu yang ku pinta
Jangan ada kebencian di antara kita
Jangan ada permusuhan
Yang ku mau hanya persahabatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar