Total Tayangan Halaman

Rabu, 22 Januari 2014

SETU BABAKAN

Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta SelatanIndonesia dekat Depok. Setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 30 hektar (79 akre) dengan kedalaman 1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung. Tempat ini merupakan menjadi pusat Perkampungan Budaya Betawi. Perkampungan ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing atau sekedar bersenda gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Tak hanya menikmati di pinggir danau, wisatawan juga dapat menyewa perahu bebek untuk menyusuri dan mengelilingi danau. Rumah saya berada di Lenteng Agung yang kebetulan letaknya tidak jauh dari Setu Babakan membuat saya, keluarga, dan teman-teman saya sering sekali berkunjung kesana. Suasananya yang masih sejuk dan asri merupakan daya tarik tersendiri bagi kami, suasana yang seperti inilah yang dapat menghilangkan rasa penat. Dibalik kota Jakarta yang kita ketahui udaranya sudah sangat terpolusi, ternyata masih ada beberapa tempat yang dapat menyejukkan hati, salah satunya Setu Babakan.

Selain udaranya yang sejuk, Setu Babakan juga menyediakan jajanan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, gado-gado, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, dodol betawi, rujak bebek, es duren, es potong, toge goreng, tahu gejrot, dan masih banyak lagi. Diantara makanan-makanan itu, ketoprak, gado-gado, kerak telor, dan arum manis adalah makanan-makanan yang saya sukai jika berkunjung kesana. Disekitarnya pun masih banyak ditanami dengan beragam pohon buah-buahan, yaitu Mangga, Palem, Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol. Pohon-pohon ini sudah jarang kita temui di kota Jakarta yang sudah dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi.

Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, tetapi batal dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawinya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan. Pada tahun 2004, bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474 Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama. Sebelumnya, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacifik Asia Travel Association (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.
Wisata budaya yang disajikan antara lain rumah-rumah khas Betawi yang dibagi menjadi 3 macam, pertama rumah Betawi gudang atau kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan yang ketiga adalah rumah Joglo, hampir serupa dengan rumah khas Yogyakarta. Kesenian Betawi berupa Lenong, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Narojeng seringkali dipentaskan di sebuah panggung terbuka berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi upacara adat budaya Betawi, misalnya Penganten Sunat, Pindah Rumah, Khatam Qur'an, dan Nujuh Bulan. Selain itu, di sini juga disediakan tempat souvenir yang bercirikan kota Jakarta dan juga mainan-mainan tradisional.

Fungsi dari Setu Babakan ini bukan hanya untuk tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin tergerus oleh jaman, tapi digunakan juga tempat alternatif rekreasi yang berlokasi di Jakarta Selatan. Dengan program dari pemda DKI untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada untuk mengakomodasi kebutuhan ruang terbuka hijau, serta area untuk resapan air, Setu Babakan berbenah diri dengan dukungan penuh dari pemda DKI.

Untuk berkunjung ke tempat ini, tak perlu memikirkan biaya yang akan dikeluarkan. Pengunjung yang berkunjung ke perkampungan ini tidak dipungut biaya, hanya dikenai biaya parkir kendaraan yang berkisar Rp 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil. Bagi pengunjung yang bersepeda di areal Setu Babakan tidak dipungut biaya masuk alias gratis. Bagi pengunjung yang ingin mengelilingin danau, dapat menaiki perahu bebek yang. Saya sedikit lupa mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk menaiki perahu bebek ini, sepertinya kalau tidak salah berkisar Rp 10.000 untuk 1 orang. Selain perahu bebek, setiap
Sabtu dan Minggu atau hari-hari libur lainnya seperti hari Lebaran dan sebagainya akan ada juga wahana-wahana permainan kecil yang disediakan untuk anak-anak kecil. Seperti kincir angin kecil, perahu kecil, kereta-kereta kecil, dan sebagainya. Wahana-wahana itu hanya berkisar Rp 5.000 untuk 1 anak. Wisatawan yang berkunjung ke sini diperbolehkan menikmati suasana perkampungan dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB.

Demikianlah sedikit gambaran mengenai Setu Babakan yang masih sangat asri, sejuk, dan masih kental dengan kebudayaan Betawinya. Saya harap Budaya Betawi ini akan tetap lestari dan tidak akan hilang akibat pengaruh perkembangan zaman. Tempat-tempat yang seperti inilah yang seharusnya dikunjungi oleh para orang tua agar anak-anaknya sebagai penerus bangsa untuk menambah wawasan dan mengenali budaya Jakarta yang merupakan kota yang kita tinggali ini. Mengajak anak-anak ke tempat seperti ini jauh lebih bermanfaat, daripada hanya mengajak anak-anak pergi ke mall yang cenderung membuat mereka menjadi lebih bersifat konsumerisme terhadap mainan-mainan dari luar negeri dan pada akhirnya mereka tidak tertarik lagi dengan mainan tradisional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar