Setu Babakan atau Danau Babakan terletak
di Srengseng
Sawah, kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok.
Setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 30 hektar (79 akre) dengan
kedalaman 1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung. Tempat ini merupakan menjadi
pusat Perkampungan Budaya Betawi. Perkampungan
ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing atau sekedar bersenda
gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Tak hanya menikmati di
pinggir danau, wisatawan juga dapat menyewa perahu bebek untuk menyusuri dan
mengelilingi danau. Rumah saya berada di Lenteng Agung yang kebetulan letaknya
tidak jauh dari Setu Babakan membuat saya, keluarga, dan teman-teman saya sering
sekali berkunjung kesana. Suasananya yang masih sejuk dan asri merupakan daya
tarik tersendiri bagi kami, suasana yang seperti inilah yang dapat
menghilangkan rasa penat. Dibalik kota Jakarta yang kita ketahui udaranya sudah
sangat terpolusi, ternyata masih ada beberapa tempat yang dapat menyejukkan
hati, salah satunya Setu Babakan.
Selain udaranya yang sejuk, Setu Babakan juga
menyediakan jajanan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, gado-gado,
kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam,
soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, dodol betawi, rujak
bebek, es duren, es potong, toge goreng, tahu gejrot, dan masih banyak lagi.
Diantara makanan-makanan itu, ketoprak, gado-gado, kerak telor, dan arum manis
adalah makanan-makanan yang saya sukai jika berkunjung kesana. Disekitarnya pun
masih banyak ditanami dengan beragam pohon buah-buahan, yaitu Mangga, Palem,
Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka
Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol. Pohon-pohon ini sudah jarang kita temui di kota
Jakarta yang sudah dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi.
Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai
kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996.
Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan
Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, tetapi batal
dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur
dari nuansa budaya Betawinya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta
kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah
direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah
perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan
ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan
perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh
para wisatawan. Pada tahun 2004, bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta
ke-474 Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai
kawasan Cagar Budaya Betawi. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan
melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari,
seni musik, dan seni drama. Sebelumnya, perkampungan Setu Babakan juga
merupakan salah satu objek yang dipilih Pacifik Asia Travel Association (PATA)
sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada
bulan Oktober 2002.
Wisata budaya yang disajikan antara lain rumah-rumah
khas Betawi yang dibagi menjadi 3 macam, pertama rumah Betawi gudang atau
kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan yang ketiga adalah rumah
Joglo, hampir serupa dengan rumah khas Yogyakarta. Kesenian Betawi berupa
Lenong, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai,
dan Tari Narojeng seringkali dipentaskan di sebuah panggung terbuka
berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran
seni, pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi upacara adat budaya
Betawi, misalnya Penganten Sunat, Pindah Rumah, Khatam Qur'an, dan Nujuh
Bulan. Selain itu, di sini juga disediakan tempat souvenir yang bercirikan kota
Jakarta dan juga mainan-mainan tradisional.
Fungsi dari Setu Babakan ini bukan hanya untuk
tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin tergerus oleh jaman, tapi
digunakan juga tempat alternatif rekreasi yang berlokasi di Jakarta Selatan.
Dengan program dari pemda DKI untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada
untuk mengakomodasi kebutuhan ruang terbuka hijau, serta area untuk resapan
air, Setu Babakan berbenah diri dengan dukungan penuh dari pemda DKI.
Untuk berkunjung ke tempat ini, tak perlu memikirkan
biaya yang akan dikeluarkan. Pengunjung yang berkunjung ke perkampungan ini
tidak dipungut biaya, hanya dikenai biaya parkir kendaraan yang berkisar Rp
2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil. Bagi pengunjung yang bersepeda di
areal Setu Babakan tidak dipungut biaya masuk alias gratis. Bagi pengunjung
yang ingin mengelilingin danau, dapat menaiki perahu bebek yang. Saya sedikit
lupa mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk menaiki perahu bebek ini, sepertinya
kalau tidak salah berkisar Rp 10.000 untuk 1 orang. Selain perahu bebek, setiap
Sabtu dan Minggu atau hari-hari libur lainnya seperti hari Lebaran dan sebagainya akan ada juga wahana-wahana permainan kecil yang disediakan untuk anak-anak kecil. Seperti kincir angin kecil, perahu kecil, kereta-kereta kecil, dan sebagainya. Wahana-wahana itu hanya berkisar Rp 5.000 untuk 1 anak. Wisatawan yang berkunjung ke sini diperbolehkan menikmati suasana perkampungan dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB.
Sabtu dan Minggu atau hari-hari libur lainnya seperti hari Lebaran dan sebagainya akan ada juga wahana-wahana permainan kecil yang disediakan untuk anak-anak kecil. Seperti kincir angin kecil, perahu kecil, kereta-kereta kecil, dan sebagainya. Wahana-wahana itu hanya berkisar Rp 5.000 untuk 1 anak. Wisatawan yang berkunjung ke sini diperbolehkan menikmati suasana perkampungan dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB.
Demikianlah sedikit gambaran mengenai Setu Babakan
yang masih sangat asri, sejuk, dan masih kental dengan kebudayaan Betawinya.
Saya harap Budaya Betawi ini akan tetap lestari dan tidak akan hilang akibat
pengaruh perkembangan zaman. Tempat-tempat yang seperti inilah yang seharusnya
dikunjungi oleh para orang tua agar anak-anaknya sebagai penerus bangsa untuk
menambah wawasan dan mengenali budaya Jakarta yang merupakan kota yang kita
tinggali ini. Mengajak anak-anak ke tempat seperti ini jauh lebih bermanfaat,
daripada hanya mengajak anak-anak pergi ke mall yang cenderung membuat mereka
menjadi lebih bersifat konsumerisme terhadap mainan-mainan dari luar negeri dan
pada akhirnya mereka tidak tertarik lagi dengan mainan tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar