Total Tayangan Halaman

Selasa, 09 Juni 2015

KERAJAAN BANTEN




            Kerajaan Banten didirikan oleh Hasanuddin pada abad ke 16 dan terletak di barat laut Banten atau Jawa pada umumnya. Hasanuddin sendiri adalah putra dari Fatahillah atau Sunan Gunung Jati dan mencapai masa keemasan pada kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan posisi yang strategis inilah yang membuat Kerajaan Banten menjadi kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan menjadi siangan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.

Kehidupan Politik Kerajaan Banten
a. Raja Hasanuddin
            Pengislaman Banten oleh Fatahillah membawa pada berdirinya Kerajaan Banten. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah, daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasanuddin. Ia memerintah Banten dari tahun 1552-1570 M. Ia meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama. Pada masa pemerintahannya, agama Islam dan kekuasaan kerajaan Banten dapat berkembang cuup pesat.
            Raja Hasanuddin juga memperluas wilayah kekuasaannya ke Lampung. Dengan menduduki daerah Lampung, maka Kerajaan Banten merupakan penguasa tunggal jalur lalu lintas pelayaran perdagangan Selat Sunda, sehingga setiap pedagang yang melewati Selat Sunda diwajibkan untuk melakukan kegiatan perdagangannya di Bandar Banten.
b. Panembahan Yusuf, Maulana Muhammad, Abu’ Mufakir
            Setelah wafatnya Raja Hasanuddin tahun 1570 M, putranya yang bergelar Panembahan Yusuf menjadi Raja Bnaten berikutnya. Ia berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. Ia juga berusaha untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Setelah  10 tahun memerintah, Panembahan Yusuf wafat akibat sakit keras yang dideritanya.
            Setelah Panembahan Senopati wafat digantikan oleh putranya yang baru berumur sembilan tahun bernama Maulana Muhammad dengan gelar Kanjeng Ratu Benten. Mangkubumi menjadi wali raja. Mangkubumi menjalankan seluruh aktivitas pemerintahan kerajaan samapi rajanya siap untuk memerintah.
            Pada tahun 1596 M Kanjeng Ratu Banten memimpin pasukan kerajaan untuk menyerang Palembang. Tujuannya untuk menduduki bandar dagang yang terletak di tepi selat Malaka agar bisa dijadikan tempat untuk mengumpulkan lada dan hasil bumi lainnya dari Sumatera. Palembang akan dikuasainya, tetapi tak berhasil, malah Kanjeng Ratu Banten tertembak dan wafat. Tahta kerajaan kemudian berpindah kepada putranya yang baru berumur lima bulan yang bernama Abu’ Mufakir.
            Abu’ Mufakir dibantu oleh wali kerajaan yang bernama Jayanegara.  Akan tetapi, ia sangat dipengaruhi oleh pengasuh pangeran yang bernama Nyai Emban Rangkung.  Pada tahun 1596 M itu juga untuk pertama kalinya orang Belanda tiba di Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka berlabuh di pelabuhan Banten. Tujuan awal mereka datang ke Indonesia adalah untuk membeli rempah-rempah.
c. Sultan Ageng Tirtayasa
            Setelah wafat, Abu’ Mufakir digantikan oleh putranya dengan gelar Sultan Abu’ Mu’ali Ahmad Rahmatullah. Tetapi berita tentang pemerintahan sultan ini tidak dapat diketahui dengan jelas. Setelah Sultan Abu’ Ma’ali wafat, ia digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Ia memerintah Banten dari tahun 1651-1692 M.
            Di bawah pemerintahannya, Banten mencapai masa kejayaannya. Ia berupaya untuk memperluas kerajaannya dan mengusir Beland adari Batavia. Di samping itu, ia memerintahkan kepada pasukan Banten untuk mengadakan perampokan terhadap Belanda di Batavia.
             Pada tahun 1671 M Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar.  Beliau lebih dikenal dengan Sultan Haji. Sultan Haji membuat hubungan yang erat dengan Belanda dan hal itu mebuat ayahnya menarik kembali tahta kerajaan. Kemudian terjadilah perang saudara diantara keduanya. Peperangan dimenangkan oleh Sultan Haji dan pada akhirnya membawa kehancuran  pada Kerajaan Banten sendiri.

Kehidupan di Banten
            Kerajaan Banten terletak di ujung Pulau Jawa, yaitu daerah Banten sekarang. Daerah Banten berhasil direbut dan diislamkan oleh Fatahillah dan berkembang sebagai banda perdagangan dan pusat penyebaran Islam. Banten yang cepat maju dikunjungi oleh pedagang-pedagang asing seperti pedagang Gujarat, Persia, Cina, Turki, Pegu (Myanmar), Keling, Portugis, dan lain-lain. Di Banten pun banyak berkembang perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu. Kehidupan sosialnya kebanyakan telah mendapat pengaruh Islam. Tak banyak hasil kebudayaan yang dapat diperoleh dari Kerajaan Banten karena kerajaan ini banyak bergantung pada hasil pelayaran dan perdagangan. Masjid Agung Banten (Grand Mosque of Banten) adalah salah satu hasil peninggalannya yang dibangun sekitar abad ke-16.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar