A. Pengertian Puisi
Kontemporer
Puisi Kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi iti sendiri. Misalnya saja Sutardji mulai tidak mempercayai Kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada Eksistensi bunyi
dan kekuatannya. Danarto justru memulai dengan kekuatan garis dalam menciptakan puisi. Puisi kontemporer memang
cenderung berbentuk aneh dan ganjil. Di samping Sutardji dan Danarto, juga
Sapardi Djoko Damono, penyair lain mencanangkan bentuk puisi ganjil adalah :
Ibrahim Sattah, Hamid Jabar, Husni Jamaluddin, Noorca Marendra, dan sebagainya.
Lebih
jauh boleh dikatakan bahwa puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang
kurang memperhatikan santun bahasa,memakai kata-kata makian kasar,ejekan,dan lain-lain.
Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi,gaya bahasa, irama, dan
sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
B. Jenis-jenis Puisi Kontemporer
1.Puisi
mbeling
Puisi ini memakai ungkapan yang
blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun
bunga-bunga bahasa. Biasanya mengungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat,
tetapi dengan cara yang lucu dan tak berusaha terlampau berat.
2.
Puisi tipografi
Puisi tipografi adalah puisi
yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi
tipografi seorang lebih penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan
menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.
3.
Puisi yang menentang idiom-idiom
Puisi-puisi semacam ini akan
bersifat konvensional. Dengan menentang idiom konvensional maka puisi tersebut
tidak lagi menghiraukan hubungan makna setiap kata, bahkan sering terjadi
menjungkir balikkan hubungan makna tersebut.
4.
Puisi yang membalik-balikan struktur kata
Puisi ini terlihat
mempermainkan suku-suku kata. Sampai-sampai kata-kata itu menjadi tidak
bermakna .Tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan makna totalitas puisi
tersebut . Bahkan terasa menjadi sangat konkret. Dengan deretan kata yang
dibolak-balikan susunan suku katanya bila diteriakkan keras-keras seperti
teriakan nelayan di zaman bahari dulu . Bunyi-bunyi yang muncul dari kata-kata
tak bermakna itu mengangkat imajinasi kita untuk membayangkan situasi pada masa
bahari dulu, di mana nenek moyang kita sangat akrab dengan lautan.
5.
Puisi yang lebih mengutamakan unsur bunyi
Puisi ini mengingatkan kita
pada bentuk puisi mantra pada zaman sastra purba. Puisi mantar pun amat
menonjolkan kekuatan bunyi. Bahkan menurut hemat nenek moyang kita dulu semakin
kuat bunyi dalam mantara semakin tinggi nilai magis yang terkandung dalam
mantra tersebut. Dan ternyata dalam perkembangan sastra Indonesia moderen,ada
kencenderungan kembali pada bentuk mantra. Penyair garda depan yang
memproklamasikan bentuk mantra ini adalan Sutardji dan ibrahim Sattah.
6.
Puisi yang mengkombinasikan bentuk bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau
bahasa daerah
Puisi ini menggunakan berbagai
bahasa dalam mengungkapkan aspa yang dimaksudkannya. Tentu saja hal ini
mempersulit pemahaman pembaca yang tidak mengerti dan menguasai bahasa asing
maupun bahasa daerah.
7.
Puisi yang banyak menggunakan simbol daripada kata-kata atau kalimat
Simaklah puisi Jeihan berikut
ini
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
V
VIVA PANCASILA
( Jeihan )
8.
Puisi Konkret
Puisi konkret benar-benar
merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap eksistensi kata. Puisi
konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata dianggapnya terlampau
akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan puisi yang diciptakan
oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret ( biasanya dengan sedikit
mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai alat
ekspresinya . Misalnya saja puisi Daging Mentah Sutardji Calzoum Bachri, atau
puisi Abdul Hadi WM.
C. Ciri-cirinya Puisi Kontemporer
1. bentuknya itu pasti
tidak seperti puisi biasa
2. pada umumnya
bertemakan kritikan
3. maknanya sangat
sulit ditangkap
4. sering sekali
mempermainkan kata di dalamnya
D. Memahami Isi dan Maksud Puisi Kontemporer
Perhatikanlah contoh-contoh
sajak Sutardji Calzoum Bachri berikut ini !
SOLITUDE
yang paling mawar
yang paling duri
yang paling sayap
yang paling bumi
yang paling pisau
yang paling risau
yang paling nancap
yang paling dekap
samping yang paling
Kau ! ( 1981:37 )
“ yang paling mawar “, artinya
yang paling mempunyai sifat-sifat seperti mawar, yaitu biasanya warnanya merah
cemerlang, menarik, indah dan harum . Jadi kesunyian ( solitude ) itu mempunyai sifat yang paling menarik , indah, serta harum .
“yang paling duri” artinya paling menusuk, menyakitkan, menghalangi, seperti
duri. ”yang paling dekap” ialah yang paling mesra seperti orang mendekap.
Begitulah kesunyian itu. Dan di samping sifat yang paling itu adalah “Kau“
yaitu Tuhan . Jadi, bila orang dalam keadaan yang paling itu, orang akan
teringat atau melihat “ Tuhan “ .
perhatikan contoh lain sajak
Sutarji Calzoum Bachri
TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
shika
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
( h. 18 )
Sajak tersebut hanya terdiri
dua kata “kawin dan kasih” yang dipotong-potong menjadi suku kata-suku kata,
juga dibalik menjadi “winka dan sihka” . Pada awalnya kata kawin masih penuh,
artinya masih penuh kawin memberi konotasi begitu indahnya perkawinan. Orang
yang hendak kawin mesti berangan-angan yang indah bahwa sesudah kawin akan
hidup berbahagia, ada suami atau istri dan kemudian akan ada anak, hidup akan
bahagia denga kasih saying anak, istri-suami. Tetapi, melalui perjalanan waktu
kata kawin terpotong menjadi ka dan win, artinya tidak penuh lagi. Angan-angan
perkawinan semula terpotong-potong, ternyata kenyataan setelah kawin berubah.
Dalam perkawinan orang harus memberi nafkah, ada kewajiban-kewajiban. Ada anak
yang harus dibiayai, bahkan sering terjadi pertengkaran suami-istri, harus
membiayai makan, pakaian dan sekolah anak-anak . Ternyata perkawinan itu tidak
seperti diharapkan yang penuh dengan kebahagiaan, segala berjalan lancar,
tetapi penuh kesukaran. Terbalik artinya kawin jadi winka, kasih pun
terpotong-potong menjadi ka dan sih yang kehilangan artinya menjadi :
sih-sih-sih-sih-sih saja, bahkan istri atau suami menyeleweng terjadilah
perceraian. Nah, terjadilah tragedi winka dan sihka, kembalikan dari
angan-angan kawin dan kasih, yang pada mulanya diangankan akan penuh
kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar